Jalan Gunung Dieng RT.02 RW.02 Kampung Pareyaan Desa Sumberkolak Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo

Senin, 13 Februari 2012

Mengenal Zat Warna Batik

Yang dimaksud dengan warna batik adalah zat warna tekstil yang dapat untuk memberi warna pada batik. Tidak semua jenis daripada zat warna tekstil dapat untuk memberi warna pada batik. Hanya khusus beberapa jenis saja yang dapat untuk batik, disebabkan antara lain:
  1. Pada pewarnaan batik dikerjakan tanpa pemanasan karena batik memakai lilin batik.
  2. Lilin batik pada umumnya tidak tahan terhadap alkali kuat.
  3. Pada pekerjaan terakhir daripada proses pembuatan batik, terdapat menghilangkan lilin atau lorodan dengan air panas, tidak semua cat tahan terhadap rebusan dalam air lorodan.
Zat warna alam (natural dyes) adalah zat warna yang diperoleh dari alam/ tumbuh-tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung (Baca: Proses Pewarnaan Alam)
Zat warna sintetis (synthetic dyes ) atau zat wana kimia mudah diperoleh, stabil dan praktis pemakaiannya. Zat Warna sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, toluena, naftalena dan antrasena diperoleh dari ter arang batubara  (coal, tar, dyestuff) yang merupakan cairan kental berwarna hitam  dengan berat jenis  1,03  -  1,30 dan terdiri dari  despersi karbon dalam minyak. Minyak tersebut tersusun dari beberapa jenis senyawa dari bentuk yang paling sederhana misalnya benzena  (C H ) sampai bentuk yang rumit mialnya 6 6 krisena  (C H ) dan pisena (C H ) .Macam-macam zat warna sintetis yang paling umum digunakan untuk batik, antara lain:
  1. Zat warna Napthol
  2. Zat warna Indigosol
  3. Zat Warna Rapid
  4. Zat warna Reaktif
  5. Zat warna indanthrene
Tidak semua zat warna sintetis bisa dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan, karena ada zat warna yang prosesnya memerlukan perlakuan khusus, sehingga hanya bisa dipakai pada skala industri. tetapi zat warna sintetis yang banyak dipakai untuk pewarnaan bahan kerajinan antara lain:
Zat warna naphtol
Zat warna naptol terdiri dari komponen naptol sebagai komponen dasar dan komponen pembangkit warna yaitu garam diazonium atau disebut garam naptol. Naptol yang banyak dipakai dalam pembatikan antara lain:
Naptol AS-G         Naptol AS-LB
Naptol AS-BO       Naptol AS-D
Naptol AS               Naptol AS.OL
Naptol AS-BR       Naptol AS.BS
Naptol AS-GR
Garam diazonium yang dipakai dalam pembatikan antara lain:
Garam Kuning GC         Garam Bordo GP
Garam Orange GC         Garam Violet B
Garam Scarlet R            Garam Blue BB
Garam Scarlet GG         Garam Blue B
Garam Red 3 GL           Garam Black B
Garam Red B
Zat warna indigosol
Zat warna Indigosol atau Bejana Larut adalah zat warna yang ketahanan lunturnya baik, berwarna rata dan cerah. Zat warna ini dapat dipakai secara pecelupan dan coletan . Warna dapat timbul setelah dibangkitkan dengan Natrium Nitrit dan Asam/ Asam sulfat atau Asam florida.  Jenis warna Indigosol antara lain:
  1. Indigosol Yellow    Indigosol Green IB
  2. Indigosol Yellow JGK  Indigosol Blue 0 4 B
  3. Indigosol Orange HR  Indigosol Grey  IBL
  4. Indigosol Pink IR   Indigosol Brown IBR
  5. Indigosol Violet ARR  Indigosol Brown IRRD
  6. Indigosol Violet 2R  Indigosol Violet IBBF
Zat warna rapid
Zat warna rapid biasa dipakai untuk  coletan jenis rapid fast.  Zat warna ini adalah campuran komponen  naphtol dan garam  diazonium yang distabilkan, biasanya paling banyak dipakai  rapid merah, karena warnanya cerah dan tidak ditemui di kelompok indigosol.
Zat warna reaktif
Zat warna reaktif bisa digunakan untuk pencelupan dan pencapan (printing).  Zat warna reaktif berdasarkan cara pemakaiannya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:  reaktif dingin dan reaktif panas. Untuk zat warna reaktif dingin salah satunya adalah zat warna procion, dengan nama dagang Procion MX, yaitu zat warna yang mempunyai kereaktifan tinggi dan dicelup pada suhu rendah. Zat warna reaktif termasuk zat warna yang larut dalam air dan mengadakan reaksi dengan serat selulosa, sehingga zat warna reaktif tersebut merupakan bagian dari serat. Oleh karena itu sifat-sifat tahan luntur warna dan tahan sinarnya sangat baik. Nama dagang zat warna teraktif, sebagai berikut:
  1. Procion (produk dari I.C.I)  Drimarine (produk Sandoz)
  2. Cibacron (produk Ciba Geigy)  Primazine (produk BASF)
  3. Remazol (produk Hoechst)  Levafix (produk Bayer)
Zat warna indanthrene
Zat warna indanthrene normal termasuk golongan zat warna bejana yang tidak larut dalam air. proses pdncelupannya tidak perlu penambahan elektrolit karena mempuyai daya serap yang tinggi. Pemakaian reduktor dan alkali banyak dan dicelup pada suhu (40-60°C). Contoh zat warna Indanthrene:
  1. Helanthrene Yellow GC MP
  2. Helanthrene Orange RK MP
  3. Helanthrene Brilian Pink RS MP
  4. Helanthrene Blue RCL MP
  5. Helanthrene Green B MP
  6. Helanthrene Brown BK MP
Disadur dari berbagai sumber...

Jumat, 10 Februari 2012

Pengembangan Kompor Listrik Untuk Membatik

Batik identik dengan alat-alat seperti canting, kompor dan wajan. Dalam aplikasinya pembuatan batik saat mulai menempelkan malam/lilin batik dengan menggunakan cantik, pembatik perlu memiliki keahlian khusus dalam mengatur suhu dari malam/lilin yang dipanaskan dalam wajan di atas kompor sumbu sehingga seringkali pembatik sedikit banyak akan menaikkan dan menurunkan tinggi sumbu pada kompor untuk menghasilkan panas yang cukup dalam menghasilkan pola batik yang bagus. Terutama bagi pemula, langkah ini dirasa cukup sulit, disamping belum ahli dalam mencanting ditambah dengan kesulitan mengatur panas suhu yang pas untuk malam/lilinnya.
Balai Besar Kerajinan dan Batik yang bernaung di bawah Kementerian Perindustrian RI sebagai lembaga yang khusus menangani batik mencoba melakukan inovasi baru untuk memberikan sentuhan teknologi dalam mengatasi permasalahan di atas. Dengan memanfaatkan ruang permesinan mulailah dicari solusi yang tepat untuk mengkondisikan panas yang cukup untuk memanaskan malam/lilin pada suhu yang diperlukan untuk menghasilkan cairan malam/lilin yang tidak terlalu mentah ataupun masak alias sedang sedang saja. Akhirnya didapatnya kompor listrik dengan desain kompor dan wajan dalam 1 unit sehingga memudahkan pembatik dalam melakukan proses mencanting tanpa harus repot-repot menaik-turunkan sumbu yang biasanya dilakukan pada kompor sumbu.
 

 
Dengan inovasi tersebut diharapkan pembatikan di Indonesia semakin mudah diterapkan dan dapat meningkatkan produktivitas serta dapat lebih mengefisienkan biaya produksi dengan semakin mahalnya minyak tanah sebagai bahan pada kompor sumbu. Kompor tersebut memiliki voltase 220 volt dan aplikasinya sama dengan alat setrika yang bekerja secara otomotis dalam mengatur suhu/panas yang ada. Untuk mendapatkannya dapat langsung memesannya secara langsung ke Balai Besar Kerajinan dan Batik dengan harga Rp. 175.000,- dan Rp. 225.000,-.

Inovasi Canting Listrik

Istilah canting tentu tidak asing bagi masyarakat. Apalagi canting banyak dipergunakan untuk membuat batik. Alat yang sering dibuat dengan bahan tembaga ataupun bambu ini digunakan untuk mengambil cairan lilin panas untuk membuat pola batik. Canting yang banyak dikenal masyarakat berbahan tembaga atau bambu sebagai alat pegangannya ini sekarang muncul inovasi baru, dengan menggunakan listrik. Sering disebut canting elektrik. Canting ini berbentuk tabung besi terbuka di bagian atas dengan diameter 5 cm. Ujung dari canting ini sengaja dibentuk menyerupai pensil untuk keluarnya cairan lilin panas. Lalu dibuat pegangan dari bambu untuk pengrajin bisa memegangnya. Bila menggunakan canting yang dibuat dengan tembaga maupun bambu, sebelumnya harus menyediakan tempat besar untuk membuat lilin menjadi cair. Setelah itu, baru cairan lilin diambil sedikit demi sedikit dengan menggunakan canting. Cara kerjanya juga rumit, masih harus meniup sebentar pada ujung canting agar lilin yang menempel pada kain tidak terlalu panas yang bisa membuat goresan batik menjadi "mblobor". Berbeda dengan canting bambu, canting elektrik tidak memerlukan wadah khusus untuk memanasi lilin. Lilin dipanasi dengan menggunakan canting itu sendiri, karena itu bentuknya tabung dan terbuat dari bahan yang mudah untuk menghantarkan panas. Canting elektrik sengaja dibuat dengan teknologi agar lilin bisa mencair di dalam tabung canting. Cara kerja alat ini lebih mudah. Pembuat batik tidak memerlukan wadah besar untuk memanasi lilin dahulu. Cara kerjanya juga mudah, hanya tinggal memasukkan lilin keras ke dalam tabung dan menunggu sebentar agar lilin itu cair. Canting elektrik ini bentuknya seperti tabung dan terbuat dari bahan yang mudah menghantarkan panas bila dialiri listrik. Ini dilakukan agar lilin yang masuk ke dalam tabung bisa cepat meleleh, kemudian siap untuk menggores batik membuat suatu pola. Untuk membuat batik, selain canting yang utama, tentu ketelatenan dan kesabaran perancangnya tetap hal yang diutamakan dalam membuat batik.
(disadur dari berbagai sumber)

Mengenal Canting dan Malam Batik


Canting
Canting adalah alat untuk membatik. Canting terdiri dari tempat  lilin panas, dan gagang untuk pemegang. Tempat penampungan di buat dari bahan tembaga atau kuningan, sedangkan gagang canting dibuat dari kayu atau bambu.
Ada beberapa macam canting yaitu :
  • canting isen
  • canting klowong
  • dan tembok
Macam canting ini berdasarkan besar kecilnya tapak lilin yang dihasilkan pada kain, antara lain:
1.   Canting isen:
Canting ini di gunakan untuk memberi isen isen ,karena tapak lilin yang dihasilkan kecil.
2.   Canting klowong:
Canting ini di gunakan untuk pertama kali membatik karena canting ini mempunyai tapak yang lebih besar dari canting ceceg dan juga sebagai dasar gambar desain motif pada kain batik.
3.   Canting tembok:
Canting ini di gunakan untuk menutup bidang motif gambar yang relatip besar, sesuai dengan hasil tapak lilinnya pada kain.
Perajin batik yang telah berpengalaman hasil proses pembatikannya bisa halus dan detail, mereka sangat paham terhadap alat canting yang harus digunakan waktu membatik pada kain.
Selain dari pada itu pembatik yang baik juga tahu apa yang diinginkan oleh pendesain motif, oleh sebab itu seorang pembatik mempunyai tingkat tingkat keahlian, maka secara otomatis akan berkaitan dengan biaya tenaga kerja pembatik tersebut.
Untuk alat canting juga mempunyai jenjang kualitas yang di tinjau dari:
  • bahan bakunya
  • kehalusan pembuatannya
  • enak di dalam pemakainya
Malam Batik


Malam batik adalah salah satu komponen untuk membuat kain batik. Fungsi malam di dalam pembatikan untuk menutup bidang sesuai motif agar tidak kena warna, atau mempertahankan warna agar tidak terwarnai dalam pemberian warna berikutnya. Dengan demikian proses membuat kain batik prinsipnya adalah dengan teknik menutup dan membuka/melepas malam pada kain dengan diikuti dengan pewarnaan maka akan menghasilkan design motif warna pada kain tersebut.
Malam batik ini di buat dari komposisi campuran antara lain:
  • lilin
  • gondorukem
  • kote
  • parafin
  • minyak
Persentase komposisi berbeda beda di sesuaikan peruntukannya.

Macam macam malam batik
1.      Malam klowong, mempunyai sifat sebagai berikut:
a.      Mudah encer dan membeku
b.      Dapat membuat garis motif yang tajam
c.      Daya lekatnya cukup tapi mudah lepas atau remuk
d.      Mudah tembus pada kain tapi mudah dilorod
e.      Tidak terlalu tahan terhadap alkali
f.       Mudah lepas dalam rendaman air
g.      Tidak meninggalkan bekas setelah dikerok maupun dilorod

2.      Malam tembok, mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a.      Lama mencair dan cepat membeku
b.      Daya lekatnya sangat kuat sehingga tidak mudah lepas/remuk
c.      Mudah meresap pada kain
d.      Tahan terhadap larutan alkali
e.      Tidak mudah lepas dalam rendaman air
f.       Sukar dilorod
g.      Tidak meninggalkan bekas setelah dilorod

3.      Malam tutupan, mempunyai sifat:
a.      Mudah mencair dan membeku
b.      Daya lekat cukup
c.      Mudah tembus dalam kain
d.      Tidak tahan dalam larutan alkali
e.      Mudah dilorod

Sarenan (Pengikat Pewarna Alami)

Sarenan merupakan larutan bening yang dihasilkan dari larutan kapur. Dengan menggunakan campuran 1 kilogram (kg) kapur gamping dalam 20 liter (l) air, sarenan tersebut akan terbentuk setelah didiamkan beberapa saat sampai endapan kapur tersebut benar-benar mengendap ke daerah dasar larutan. Selain sebagai bahan campuran jamu yang berfungsi untuk membantu pencernaan dan nafas, sarenan juga berfungsi sebagai bahan pengikat pewarna alam yang berasal dari kulit kayu, akar maupun daun-daunan dalam industri batik.
Berdasarkan pengalaman pribadi dalam penggunaannya (hasil praktek di Batik Cotto'an), proses pewarnaan alam didahului dari pembuatan larutan pewarna dengan merebus kulit kayu tingi (salah satu bahan pewarna alam) dengan formula 1 kg kulit kayu tingi direbus dalam 10 liter air sampai air tersebut menyisakan 3-5 liter. Adapun urutan proses pewarnaan alam tersebut, yaitu:
  1. Siapkan kain mori; kain primisima, prima, santung, sutera, dll
  2. Lakukan persiapan bahan seperti pengetelan dan selanjutnya dilakukan proses mordanting dengan menggunakan tawas 8 gram dalam 1 liter air, lalu rebus sampai hangat dan setelahnya masukkan kain dan rebus sampai mendidih pertama dan matikan kompor, diamkan kain selama semalam, catatan: biasanya 1 kain (105 cm x 200 cm) membutuhkan 2-3 liter air
  3. Jemur kain hingga kering
  4. lakukan proses pembatikan sesuai motif yang diinginkan.
  5. setelahnya siapkan pewarna alam yaitu 1 kg untuk bahan pewarna dan 10 liter air, rebus hingga menyisakan air 3-5 liter sesuai kekentalan yang diinginkan, dinginkan lalu saring menggunakan kain.
  6. Selanjutnya kain yang sudah dibatik rendam dalam larutan TRO (bisa menggunakan teepol atau deterjen) dengan formula 2 gram/liter, rendam selama 2 jam, lebih maksimal diamkan selama semalam.
  7. Kain kemudian dibilas, ditiriskan dan selanjutnya dilakukan proser pencelupan ke dalam pewarna yang sudah disediakan sebelumnya lalu kering anginkan, selanjutnya dilakukan pencelupan kembali ke pewarna sebanyak yang diinginkan sesuai dengan warna yang diinginkan. biasanya dilakukan minimal 5 kali celupan.
  8. Setelah itu, siapkan pengikat warna bisa menggunakan larutan kapur, tunjung atau tawas.
  9. khusus untuk kapur, gunakan kapur gamping dengan formulasi yang telah dipaparkan sebelumnya, diaduk rata kemudian diamkan semalam.
  10. Ambil beningan kapur (sarenan) yang didapatkan, disaring menggunakan kain putih
  11. Terakhir kain yang sudah diwarna dicelup ke dalam beningan kapur tersebut selama 3-5 menit dan kering anginkan.
  12. lebih maksimal lagi diamkan beberapa hari 3-4 hari agar pengikatan lebih sempurna sebelum dilakukan pelorodan.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan,  sarenan yang paling baik untuk pengikatan warna adalah sarenan yang dihasilkan setelah didiamkan semalam/sehari dan selebihnya kurang baik. Perlu diingat kembali diamkan larutan kapur tersebut SEMALAM, jangan berlebih karena nantinya kekuatan dalam pengikatan warna akan kurang.

Selasa, 07 Februari 2012

Proses Pewarnaan Alam

Pewarna Alami

Proses pewarnaan batik secara umum mudah untuk diaplikasikan. Pertama kali kita siapkan bahan pewarna alam tersebut (kulit kayu, daun, kulit buah ataupun buah). Selanjutnya (untuk membuat larutan pewarna):
- timbang bahan tersebut seberat 1 kg (untuk 1 kain 210 m x 105 m -> beratnya rata2 500 gram)
- masukkan ke panci yang cukup untuk menampungnya.
- tambahkan 10 liter air ke dalam panci (berarti pancinya yang cukup besar ya)
- rebuslah bahan-bahan tersebut 1-2 jam atau sampai air tinggal 4-5 liter.
- dinginkan selama semalam
- terakhir saring menggunakan kain dan pewarna siap digunakan.
Untuk memulai proses pewarnaan pada kain yang telah dibatik (mori), siapkan larutan TRO bisa menggunakan teepol atau deterjen secukupnya pada air beberapa liter (secukupnya saja untuk merendam kulit dan larutan TRO tidak sampai menimbulkan busa). Setelah larutan TRO siap, masukkan kain yang akan diwarnai dan rendam 3-5 menit dan kemudian tiriskan.
Selanjutnya dapat dilakukan proses pencelupan dan dikeringkan anginkan (dilakukan 4-5 kali atau sampai ketuaan warna yang diinginkan. Proses terakhir dilakukan proses pengikatan warna menggunakan air kapur, tawas (prusi) atau tunjung.

Cara Merawat Batik

Lerak


Batik yang dicelup menggunakan pewarna alami memang lebih cepat pudar dibanding dengan menggunakan pewarna kimiawi, karena batik dengan pewarna alami tidak mengalami proses fiksasi (penguncian warna) yang maksimal. Kain batik dengan pewarnaan alami membutuhkan penanganan khusus dibanding kain batik biasa. Untuk merawat kain batik dengan pewarna alami, caranya antara lain:
  • Mencuci kain batik dengan menggunakan sampo rambut. Sebelumnya, larutkan dulu sampo hingga tak ada lagi bagian yang mengental. Setelah itu baru kain batik dicelupkan.Anda juga bisa menggunakan sabun pencuci khusus untuk kain batik yang dijual di pasaran. Harap diperhatikan,anda juga tidak perlu merendamnya terlalu lama. Atau mencuci batik dapat dengan menggunakan lerak yang direndam ke air beberapa menit, kemudian batik masukkan ke dalam air tersebut.
  • Kain batik jangan dicuci dengan menggunakan mesin cuci. Cara mencuci kain batik seperti ini akan membuat warna alami kain batik tak bertahan lama.
  • Sebaiknya Anda juga tidak menjemur kain batik berpewarna alami di bawah sinar matahari langsung.dan lebih bagus jika anda menjemurnya dalam keadaan terbalik
  • Bila Anda ingin memberi pewangi dan pelembut kain pada batik tulis, jangan disemprotkan langsung pada kainnya. Sebelumnya, tutupi dulu kain dengan kain pelapis lainnya lebih baik yang berwarna muda/polos, baru semprotkan cairan pewangi dan pelembut kain.
  • Masih dengan kain pelapis, Anda bisa menyetrika kain batik berpewarna alami tersebut. Jangan menyetrika langsung pada kainnya karena ini bisa memengaruhi warna motifnya.
  • Anda sebaiknya juga tidak menyemprotkan parfum atau minyak wangi langsung ke kain atau pakaian berbahan batik berpewarna alami.

Proses Pembuatan Batik

Berikut ini adalah alat dan bahan yang harus disiapkan untuk membuat batik tulis:


  • Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)
  • Canting
  • Lilin (malam) yang dicairkan
  • Gawangan
  • Panci dan kompor kecil untuk memanaskan
  • Bak Pewarnaan
  • Larutan pewarna
  • Tempat penjemuran


  • Adapun tahapan-tahapan umum dalam proses pembutan batik tulis ini:
    a. Persiapan, yaitu berbagai macam pekerjaan pada mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibuat batik. pekerjaan ini meliputi;
    1. Nggirah (mencuci) atau Ngetel
    2. Nganji (menganji)
    3. Ngemplong (seterika, kalander)
    b. Membuat Batik, yaitu macam-macam pekerjaan dalam pembuatan batik yang sebenarnnya dan pekerjaan ini meliputi 3 macam pekerjaan utama yakni;
    1. Pelekatan lilin batik pada kain untuk membuat motif batik yang dikehendaki. Pelekatan lilin batik ini ada beberapa cara yakni dengan canting tulis, canting cap atau dilukis dengan kuas atau jegul. fungsi dari lilin batik ini ialah untuk resisit (menolak) terhadap warna yang diberikan pada kain dalam tahap berikutnya. Lilin batik adalah campuran dari unsur-unsur lilin batik yang pada umumnya terdiri atas Gondorukem, Matakucing, Parafin atau Microwax, Lemak atau minyak nabati dan kadang ditambah lilin dari tawon atau laceng.
    2. pewarnaan batik, dapat dilakukan dengan cara dicelup, coletan/lukisan (painting). Pewarnaan dilakukan secara dingin (tanpa pemanasan) dan zat warna yang dipakai tidak hilang warnanya saat pengerjaan menghilangkan lilin atau tahan terhadap tutupan lilin.
    3. menghilangkan lilin, proses menghilangkan lilin yang melekat pada permukaan kain.

    Sejarah Batik Situbondo



    Batik Lente
    Sejarah batik cukuplah panjang. Seperti sebuah buku bisa disebut anonim bagi pengarang, begitu pula dengan asal muasal batik tidak dapat diketahui sdcara pasti kapan pertama kali ditemukan. Dengan bertambah usianya zaman, batik berkembang dari satu daerah ke daerah lain. Pengakuan dunia terutama dari salah satu badan PBB yaitu UNESCO melalui sertifikatnya yang menyebutkan bahwa batik adalah warisan dunia dari Negara kita yaitu Indonesia.
    Dengan semakin tumbuhnya rasa cinta produk Hndonesia, semakin cinta pula masyarakat Indonesia terhadap pesona budaya batik. Tentunya hal tersebut semakin mendorong para wirausaha untuk mulai merintis Industri Batik yang sebelumnya pernah mati. Kabupaten Situbondo pun mulai menggali potensi batik yang sempat hilang.
    Sejarah batik telah sejak lama, banyak versi tentang keberadaan batik di Situbondo zaman dahulu. Mulai dari batik yang ada di desa Selowogo Kecamatan Bungatan, menurut penjelasan dari salah satu narasumber bahwa batik di Situbondo telah ada sejak zaman penjajahan Belanda.
    Batik di Situbondo sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970 atau sebelumnya, hal ini dapat dibuktikan dengan peninggalan kain batik yang ada di Desa Peleyan Kecamatan Kapongan (namun lebih dikenal dengan cotto'an). Namun seiring beberapa permasalahan yang terjadi, menyebabkan batik yang ada di Situbondo (dengan motif seperti motif madura) mati suri. Perkembangan Batik Khas Situbondo mulai dengan babak baru sejak tahun 1994 di Desa Selowogo Kecamatan Bungatan. Berikut sekilas sejarahnya:

    BATIK LENTE
    Pembuatan seni batik di Situbondo diawali, dirancang dan dikerjakan oleh muda mudi yang tergabung dalam karang taruna TUNAS HARAPAN Desa Selowogo Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo pada dekade 1994 s/d 1999 yang pada saat itu dilatih oleh Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Situbondo. Nama Bujuk Lente diambil dari pembabat/pendiri Desa Selowogo. Namun dalam perkembangannya mengalami pasang surut. Hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi, modal kurang, dan bencana alam yang memusnahkan semua asset-asset perbatikan di Selowogo.
    Waktu terus berjalan seiring dengan perkembangan seni batik, sekarang ada suatu keinginan yang kuat dari pengerajin Batik Lente untuk mengembangkan kembali potensi yang ada di wilayah Selowogo, maupun kesempatan untuk mengembangkan khasanah seni di Situbondo dengan memunculkan motif khas Situbondo
    Hari Jadi Kabupaten Situbondo merupakan babak baru dalam sejarah perkembangan peradapan salah satu kota tapal kuda di Jawa Timur untuk mencari jati diri dan sebagai bentuk refleksi perkembangan Kabupaten Situbondo tentunya harus memilki ciri khas masyarakat Situbondo sebagai symbol social budaya yang harus dilestarikan dan dikembangkan agar dapat dikenal dalam kehidupan masyarakat.
    Secara geografis Kabupaten Situbondo berada di pesisir sebelah utara pulau Jawa yang wilayahnya dari ujung barat sampai timur memiliki pantai sepanjang 141 km, posisi Situbondo yang demikian memilki potensi kekayaan laut yang cukup melimpah yang dapat dijadikan sebagai asset dalam pencitraan diri baik potensi pengelolahan kekayaan yang ada di laut maupun keindahan panorama pantai sebagai daerah wisata bahari.
    Sebagai daerah wisata, Pemerintah Kabupaten Situbondo telah mengelola pantai Pasir Putih sebagai obyek wisata bahari yang sudah dikenal di dalam maupun di luar negeri. Selain keindahan pantai disana juga tersedia beberapa kerajianan yang berbahan baku dari kerang. Kerang merupakan kekayaan laut yang dapat dikembangkan dan memilki nilai seni yang cukup tinggi di tangan seniman masyarakat Situbondo, hal ini dibuktikan dengan kerajinan mereka yang dapat diopasarkan baik wilayah lokal sampai keluar negeri melalui pulau Dewata Bali.
    Kini kerang yang memiliki nilai seni yang tinggi kita sentuh kembali dan kita jadikan sebagai salah satu simbol kekayaan daerah, oleh karena itu untuk mengekspresikan kekayaan tersebut, kerang dibuat sebagai dasar motif batik yang nantinya akan menjadi ciri khas Batik Situbondo yang selama ini masih belum memiliki ciri khas.
    Pemilihan kerang sebagai motif Batik Situbondo sangatlah tepat karena daerah lain masih belum mengidentifikasi sebagai ciri khas daerah. Dengan memiliki ke khasan maka Kabupaten Situbondo akan lebih dikenal di luar daerah dan merupakan kekayaan budaya yang perlu dilestarikan.

    Arti dan Sejarah Batik



    Batik Parang Rusak
    PENGERTIAN BATIK
    Pada pengertian umum, batik adalah gambar yang ditulis pada kain dengan mempergunakan malam (lilin batik) sebagai media sekaligus penutup kain batik. Selain itu, seorang ahli seni rupa mengemukakan bahwa seni batik merupakan hasil kebudayaan bangsa Indonesia yang tinggi nilainya. So, dengan pengertian batik tersebut, batik printing (tanpa menggunakan malam), bukanlah batik atau bisa disebut tekstil motif batik (Bukan Batik).

    Ciri-ciri batik tradisional :
    •Ragam hias motif ular, barong, geometris, pagoda.
    •Coraknya mempunyai arti simbolik.
    •Warna cenderung gelap (putih – hitam – coklat kehitaman).
    •Motif ciri khas daerah asal.
    Ciri-ciri batik modern :
    •Ragam hias bebas binatang, tumbuhan, rangkaian bunga dll.
    •Corak tidak mempunyai arti simbolik tertentu.
    •Penggunaan warna bebas seperti biru, merah, ungu dsb.
    •Motif tidak memiliki ciri khas daerah asal. 
    SEJARAH BATIK
    Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa..
    Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.
    Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
    Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
    Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
    Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur.
    Jaman Majapahit
    Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.
    Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.
    Daerah pembatikan sekarang di Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat-obat batik dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
    Obat-obat luar negeri baru dikenal sesudah perang dunia kesatu yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Batik cap dikenal bersamaan dengan masuknya obat-obat batik dari luar negeri. Cap dibuat di Bangil dan pengusaha-pengusaha batik Mojokerto dapat membelinya dipasar Porong Sidoarjo, Pasar Porong ini sebelum krisis ekonomi dunia dikenal sebagai pasar yang ramai, dimana hasil-hasil produksi batik Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual. Waktu krisis ekonomi, pengusaha batik Mojoketo ikut lumpuh, karena pengusaha-pengusaha kebanyakan kecil usahanya. Sesudah krisis kegiatan pembatikan timbul kembali sampai Jepang masuk ke Indonesia, dan waktu pendudukan Jepang kegiatan pembatikan lumpuh lagi. Kegiatan pembatikan muncul lagi sesudah revolusi dimana Mojokerto sudah menjadi daerah pendudukan.
    Ciri khas dari batik Kalangbret dari Mojokerto adalah hampir sama dengan batik-batik keluaran Yogyakarta, yaitu dasarnya putih dan warna coraknya coklat muda dan biru tua. Yang dikenal sejak lebih dari seabad yang lalu tempat pembatikan didesa Majan dan Simo. Desa ini juga mempunyai riwayat sebagai peninggalan dari zaman peperangan Pangeran Diponegoro tahun 1825.
    Meskipun pembatikan dikenal sejak jaman Majapahait namun perkembangan batik mulai menyebar sejak pesat didaerah Jawa Tengah Surakarta dan Yogyakata, pada jaman kerajaan di daerah ini. Hal itu tampak bahwa perkembangan batik di Mojokerto dan Tulung Agung berikutnya lebih dipenagruhi corak batik Solo dan Yogyakarta.
    Didalam berkecamuknya clash antara tentara kolonial Belanda dengan pasukan-pasukan pangeran Diponegoro maka sebagian dari pasukan-pasukan Kyai Mojo mengundurkan diri kearah timur dan sampai sekarang bernama Majan. Sejak zaman penjajahan Belanda hingga zaman kemerdekaan ini desa Majan berstatus desa Merdikan (Daerah Istimewa), dan kepala desanya seorang kiyai yang statusnya Uirun-temurun.Pembuatan batik Majan ini merupakan naluri (peninggalan) dari seni membuat batik zaman perang Diponegoro itu.
    Warna babaran batik Majan dan Simo adalah unik karena warna babarannya merah menyala (dari kulit mengkudu) dan warna lainnya dari tom. Sebagai batik setra sejak dahulu kala terkenal juga didaerah desa Sembung, yang para pengusaha batik kebanyakan berasal dari Sala yang datang di Tulungagung pada akhir abad ke-XIX. Hanya sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Sala yang menetap didaerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan juga ada beberapa di Kediri, tetapi sifat pembatikan sebagian kerajinan rumah tangga dan babarannya batik tulis.
    Jaman Penyebaran Islam
    Riwayat pembatikan di daerah Jawa Timur lainnya adalah di Ponorogo, yang kisahnya berkaitan dengan penyebaran ajaran Islam di daerah ini. Riwayat Batik. Disebutkan masalah seni batik didaerah Ponorogo erat hubungannya dengan perkembangan agama Islam dan kerajaan-kerajaan dahulu. Konon, di daerah Batoro Katong, ada seorang keturunan dari kerajaan Majapahit yang namanya Raden Katong adik dari Raden Patah. Batoro Katong inilah yang membawa agama Islam ke Ponorogo dan petilasan yang ada sekarang ialah sebuah mesjid didaerah Patihan Wetan.
    Perkembangan selanjutanya, di Ponorogo, di daerah Tegalsari ada sebuah pesantren yang diasuh Kyai Hasan Basri atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Tegalsari. Pesantren Tegalsari ini selain mengajarkan agama Islam juga mengajarkan ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan kesusasteraan. Seorang murid yang terkenal dari Tegalsari dibidang sastra ialah Raden Ronggowarsito. Kyai Hasan Basri ini diambil menjadi menantu oleh raja Kraton Solo.
    Waktu itu seni batik baru terbatas dalam lingkungan kraton. Oleh karena putri keraton Solo menjadi istri Kyai Hasan Basri maka dibawalah ke Tegalsari dan diikuti oleh pengiring-pengiringnya. disamping itu banyak pula keluarga kraton Solo belajar dipesantren ini. Peristiwa inilah yang membawa seni bafik keluar dari kraton menuju ke Ponorogo. Pemuda-pemudi yang dididik di Tegalsari ini kalau sudah keluar, dalam masyarakat akan menyumbangkan dharma batiknya dalam bidang-bidang kepamongan dan agama.
    Daerah perbatikan lama yang bisa kita lihat sekarang ialah daerah Kauman yaitu Kepatihan Wetan sekarang dan dari sini meluas ke desa-desa Ronowijoyo, Mangunsuman, Kertosari, Setono, Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten, Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut. Waktu itu obat-obat yang dipakai dalam pembatikan ialah buatan dalam negeri sendiri dari kayu-kayuan antara lain; pohon tom, mengkudu, kayu tinggi. Sedangkan bahan kainputihnyajugamemakai buatan sendiri dari tenunan gendong. Kain putih import bam dikenal di Indonesia kira-kira akhir abad ke-19.
    Pembuatan batik cap di Ponorogo baru dikenal setelah perang dunia pertama yang dibawa oleh seorang Cina bernama Kwee Seng dari Banyumas. Daerah Ponorogo awal abad ke-20 terkenal batiknya dalam pewarnaan nila yang tidak luntur dan itulah sebabnya pengusaha-pengusaha batik dari Banyumas dan Solo banyak memberikan pekerjaan kepada pengusaha-pengusaha batik di Ponorogo. Akibat dikenalnya batik cap maka produksi Ponorogo setelah perang dunia petama sampai pecahnya perang dunia kedua terkenal dengan batik kasarnya yaitu batik cap mori biru. Pasaran batik cap kasar Ponorogo kemudian terkenal seluruh Indonesia.
    Batik Solo dan Yogyakarta
    Dari kerjaan-kerajaan di Solo dan Yogyakarta sekitamya abad 17,18 dan 19, batik kemudian berkembang luas, khususnya di wilayah Pulau Jawa. Awalnya batik hanya sekadar hobi dari para keluarga raja di dalam berhias lewat pakaian. Namun perkembangan selanjutnya, pleh masyarakat batik dikembangkan menjadi komoditi perdagamgan.
    Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya batik dalam proses cap maupun dalam batik tulisnya. Bahan-bahan yang dipergunakan untuk pewarnaan masih tetap banyak memakai bahan-bahan dalam negeri seperti soga Jawa yang sudah terkenal sejak dari dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”.
    Sedangkan Asal-usul pembatikan didaerah Yogyakarta dikenal semenjak kerajaan Mataram ke-I dengan raj any a Panembahan Senopati. Daerah pembatikan pertama ialah didesa Plered. Pembatikan pada masa itu terbatas dalam lingkungan keluarga kraton yang dikerjakan oleh wanita-wanita pembantu ratu. Dari sini pembatikan meluas pada trap pertama pada keluarga kraton lainnya yaitu istri dari abdi dalem dan tentara-tentara. Pada upacara resmi kerajaan keluarga kraton baik pria maupun wanita memakai pakaian dengan kombonasi batik dan lurik. Oleh karena kerajaan ini mendapat kunjungan dari rakyat dan rakyat tertarik pada pakaian-pakaian yang dipakai oleh keluarga kraton dan ditiru oleh rakyat dan akhirnya meluaslah pembatikan keluar dari tembok kraton.
    Akibat dari peperangan waktu zaman dahulu baik antara keluarga raja-raja maupun antara penjajahan Belanda dahulu, maka banyak keluarga-keluarga raja yang mengungsi dan menetap didaerah-daerah baru antara lain ke Banyumas, Pekalongan, dan kedaerah Timur Ponorogo, Tulungagung dan sebagainy a. Meluasny a daerah pembatikan ini sampai kedaerah-daerah itu menurut perkembangan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dimulai abad ke-18. Keluarga-keluarga kraton yang mengungsi inilah yang mengembangkan pembatikan seluruh pelosok pulau Jawa yang ada sekarang dan berkembang menurut alam dan daerah baru itu.
    Perang Pangeran Diponegoro melawan Belanda, mdndesak sang pangeran dan keluarganya serta para pengikutnya harus meninggalkan daerah kerajaan. Mereka kemudian tersebar ke arah Timur dan Barat. Kemudian di daerah-daerah baru itu para keluarga dan pengikut pangeran Diponegoro mengembangkan batik.
    Ke Timur batik Solo dan Yogyakarta menyempurnakan corak batik yang telah ada di Mojokerto serta Tulung Agung. Selain itu juga menyebar ke Gresik, Surabaya dan Madura. Sedang ke arah Barat batik berkem-bang di Banyumas, Pekalongan, Tegal, Cirebon.
    Disadur dari beberapa sumber.